Printing Art Solo Exhibition
Printing Art Solo Exhibition B. Gunawan
“Re-Public” (Reminding Of Existence)
Bertempat di Balai Soedjatmoko Solo.
Opening Pameran : Kamis, 23 November 2017 jam 19.30 WIB
Pameran Berlangsung : 24 November - 1 Desember 2017 jam 09.00-21.00 WIB
Workshop Seni Grafis Cetak Tinggi
Sabtu, 25 November 2017 | Pukul 13.00 WIB
Bersama : Gunawan Bonaventura
PERHELATAN pameran tunggal “Re-Public: Reminding of Existence” ini dapat dibaca sebagai upaya ulang-alik sang seniman terhadap persoalan personal dan psikologis dalam dirinya sendiri, sekaligus sebuah ikhtiar besar Gunawan sebagai “si anak yang hilang” untuk kembali masuk pusaran penting dunia seni rupa di Yogyakarta—dan bahkan Indonesia.
Kita tahu, dalam peta seni rupa di Indonesia, ada banyak prasyarat yang menjadikan seniman terpampang dalam peta, yakni antara lain (1) intensitas berkarya secara konsisten; (2) kemampuan menggali dan melahirkan temuan karya di luar arus besar (mainstream); (3) kemampuan untuk mempresentasikan karya yang menembus ruang dan kelas. Ketiganya menyangkut ihwal produktivitas, kreativitas mencipta kebaruan, dan mencari positioning diri dan karya seniman.
Tema “Re-Public: Reminding of Existence” ini mengendapkan makna konseptual pada karya-karya Gunawan yang berbincang tentang narasi perihal dinamika kehidupan sosial. Setidaknya ada tiga posisi seniman ini dalam memandang problem sosial, yakni: sebagai pemotret atau saksi, dokumentator, dan penebar opini. Ketika posisi tersebut memberi gambaran bahwa seniman tidak sekadar homo ars (makhluk seni) atau homo aestheticus (makhluk estetik), namun juga sebagai homo socius (makhluk sosial) yang memiliki responsibilitas terhadap persoalan social.
Sebagai derivat atas posisi pemotret atau saksi, Gunawan banyak membidik lanskap kehidupan sehari-hari yang bersahaja, penuh kesederhanaan, bahkan cenderung banal. Tidak ada persoalan yang kompleks, konflik, atau semacamnya yang tertera dalam karya. Malah paparan tentang eksotisme visual ada dalam pilahan ini.
Dalam posisi sebagai dokumentator, Gunawan seperti membekali diri selayaknya “buku tulis kosong” yang siap diisi dengan berbagai file untuk mendokumentasikan berbagai hal yang selaras dengan “minat estetik”-nya. Pada pilahan ini, karya-karya Gunawan adalah banyak menarasikan tentang potongan peristiwa, adat, atau habit yang menjadi bagian dari perjalanan potongan waktu tertentu, yang kini atau dalam waktu ke depan telah langka atau melenyap.
Ada pula karya yang secara substansial menjadi corong bagi seniman untuk mengutarakan opininya atas persoalan tertentu. Pada titik ini seniman bisa diandaikan sebagai “alarm” atas geliat sosial kemasyarakatan. Dengan pendekatan bahasa visual, seorang perupa bisa memberikan kebebasan sikap personalnya terhadap setiap hal yang bertalian dengan gejala gesekan, konflik, pergeseran sistem tata nilai sosial, dan berbagai perubahan tatanan yang tengah dan akan terjadi.