Diskusi Soedjatmoko - Kajian Solo: Kampung, Sungai dan Kota
Diskusi Soedjatmoko - Kajian Solo
Kampung, Sungai dan Kota
Pembicara : Akhmad Ramdhon (Dosen Sosiologi UNS).
Sabtu, 26 November 2016 pk. 19.30 WIB
bertempat di Balai Soedjatmoko Solo.
Solo dulunya dikenal dengan kota sungai, dalam sejarah kota ini transportasi pada awal dulu melalui sungai. Kalau kita mengenal Bandar Beton di Bengawan Solo merupakan bukti transportasi Solo dahulunya melalui sungai. Begitu juga dengan perdagangan yang terjadi di Kali Pepe yang sekarang kita mengenalnya dengan perdagangan di sekitar Pasar Gede. Kali Pepe dulunya merupakan sarana transportasi perdagangan mulai dari belakang Pura Mangkunegaran sampai di Bandar Beton.
Perkembangan jaman menjadikan beberapa sungai di Solo seperti Kali Pepe, Bengawan Solo, Kali Prewulung tidak lagi menjadi sarana transportasi, sungai – sungai tadi perlahan menjadi kotor, dan warga tidak lagi mempedulikan kehadiran sungai, ada anggapan sungai hanyalah halaman belakang, tempat untuk menaruh apa saja. Padahal sungai memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.
Pada tahun 2016 ini Kota Solo beberapa kali dilanda banjir besar, bahkan banjir melanda pusat kota yang selama bertahun – tahun tidak pernah banjir. Banjir tentu saja tidak semata –mata dikarenakan sungai yang kotor atau menyempit, banyak faktor penyebabnya. Tapi banjir kali ini mengingatkan kembali warga Solo akan pentingnya sungai yang menampung sebagian besar air di Solo, dan sudah saatnya sungai menjadi halaman depan, sungai juga bisa menjadi bagian dari interaksi sebuah masyarakat.
Beberapa warga Solo membentuk kelompok pecinta sungai, mereka melakukan kegiatan rutin membersihkan sungai, dan melakukan sosialisasi pentingnya kebersihan sungai. Ada juga kelompok peneliti dari kampus UNS yang terdiri dari dosen dan mahasiswa sosiologi UNS melakukan penelitian tentang peran sungai bagi kampung yang dilaluinya, dan kota Solo pada lingkup yang lebih besar.