Kajian Solo: Solo dari Waktu ke Waktu - Tinjuan Morfologi Kota
Kajian Solo: Solo dari Waktu ke Waktu - Tinjuan Morfologi Kota
Bersama: Dr. Ir Qomarun MM - Arsitektur UMS
Kamis, 19 Januari 2017 pk. 19.30 WIB
Bertempat di Balai Soedjatmoko Solo
Solo awal mulannya hanya sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, lalu berkembang dengan kehadiran Keraton Surakarta yang merupakan kelanjutan dari Keraton Kartasura. Kehadiran keraton walau pun awalnya merupakan pelarian dari Kartasura pasca perang saudara namun mempengaruhi perkembangan Solo untuk menjadi salah satu kota penting di pedalaman Jawa.
Pindahnya pusat pemerintahan ke Solo berarti pula perubahan wajah Solo yang semula hanya desa menjadi sebuah kota, dikatakan sebagai kota karena memang desain Solo berikutnya banyak ditentukan oleh Belanda yang waktu itu menjajah Jawa, dan menjadikannya sebagai bagian Hindia Belanda. Perubahan Kota Solo dari waktu ke waktu secara fisik kota membuat Solo berkembang, dan wilayah kotanya bertambah luas, perubahan itu terlihat sampai sekarang.
Beberapa penguasa lokal waktu itu seperti Paku Buwono X dan Sri Mangkunegara VII mencoba menata Solo dengan lebih modern, beberapa sarana kota dibangun di beberapa tempat, mulai dari taman kota, pemukiman, pasar dan prasarana transportasi juga dibangun pada era dua penguasa ini. Solo sebagai kota kosmopolitan masih terlihat sampai Indonesia merdeka, tapi setelah itu penataan kota terabaikan. Wajah kota tidak seperti dulu lagi, pekerjaan rumah yang kemudian coba dikerjakan pada saat ini. Gambaran kota dari waktu ke waktu itulah yang dibahas dalam diskusi kali ini.