Festival Payung Indonesia 2017
Festival Payung Indonesia 2017
Jumat - Minggu, 15 - 17 September 2017
Bertempat di Pura Mangkunegaran Solo.
Keberagaman di Indonesia adalah anugerah. Selaras dengan dengan kehidupan alam yang penuh warna. Layaknya seperti keindahan pelangi dengan ragam warnanya. Selaras dengan ciptaanNya di dunia ini yang penuh keberagaman. Keberagaman itu fitrah. Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi, 1.128 suku bangsa, 742 bahasa daerah, adalah suatu fakta. Sayang, akhir-akhir ini perjalanan anak bangsa mengalami ancaman ruang toleransi dalam menerima perbedaan dalam keberagaman. Perjalanan kehidupan pluralisme seperti anak muda yang terus berubah-ubah. Ia sulit mengerti.
Dengan tema ‘Sepayung Indonesia’ dalam Festival Payung Indonesia (FPI), 15 -17 September 2017 ini, kita merajut bersama rasa persatuan dan kebersatuan bangsa, menghargai perbedaan dalam keberagaman, berteduh bersama di bawah Payung Indonesia — Pancasila.
Pameran 127 Payung Rajut, karya perajut dari berbagai kota di Indonesia: Lhokseumawe, Medan, Lampung, Tangerang, Depok, Sukabumi, Purwokerto, Kudus, Malang, Semarang, Yogyakarta, Magelang, Madiun, Bali, Surabaya, Jakarta, Boyolali, Pati, Sukoharjo, Makassar, Klaten, dan Pacitan. Merepresentasikan keberagarnan Festival Payung Indonesia. Merajut kreativitas berbagai daerah dalam kebersamaan.
Pameran fotografi payung yang terdapat pada relief candi zaman kiasik (Hindu-Budha) di Indonesia. Merupakan bukti arkeologis bahwa payung sudah ada di masa lalu. Bahwa payung telah hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat nusantara masa lalu. Juga pameran fotografi keberadaan payung di zaman kolonial Belanda, menunjukkan bukti bahwa di era kolonial telah hadir industri kerakyatan kerajinan payung.
Untuk terus belajar tentang nilai-nilai dan spirit hidup, Pentas Maestro Tari - Dariah (Banyumas); Ayu Bulantrisna Djelantik (Bali); Rusini(Solo); Retno Maruti(Jakarta); Didik Nini Thowok (Yogyakarta); dan lbu Hj. Munasiah Daeng Jinne (Makassar), akan memberi inspirasi kepada kaum muda tentang bagaimana para maestro berkomitmen terhadap dirinya sendiri dan berkarya. Pembuat payung tradisional yang sudah sepuh juga merupakan sosok Maestro - yang mempunyai keberanian pada suatu pilihan hidup dan terus berkomitrnen berkarya di jalan sunyi.
Anak-anak muda Kota Solo dan dari berbagai kota juga ikut berpartisipasi daLam ekspresi seni musik, tari, dan seni rupa. Dalam FPI, kaum muda dan tua bertemu untuk membangun semangat berbagi. Merasakan keindonesiaan. Bersama merajut keindahan ragam kreativitas pada media payung. Payung menjadi sumber inspirasi merajut keberagaman bangsa Indonesia — SEPAYUNG INDONESIA..
FPI juga menjadi rung ekspresi persahabatan antarbangsa. Setelah kunjungan Delegasi Thailand ke FPI 2015, pada tahun 2016 dan 2017, FPI sudah mulai berkunjung ke Bo Sang, Chiang Mai, untuk berbagi dan bertukar ide dan pengalaman. Dan akhirnya mengkristal dalam format hubungan sister festival (festival bersaudara). Pada kesempatan ini pula, akan di-launching logo sister festival — antara Festival Payung Indonesia dan Bo Sang Umbrella Festival (Chiang Mai, Thailand). Semoga di masa depan dari Sepayung Indonesia akan meningkat menjadi Sepayung ASEAN.
Baca: JADWAL FESTIVAL PAYUNG INDONESIA 2017